Rabu, 16 April 2008

konflik internal

Sungguh kebesaran allah swt yang menjadikan seluruh alam ini dengan penuh manfaat untuk dikembang dan di ambil seluruh manfaatnya. Begitu pula keberadaan manusia yang diciptakan untuk menjadi khalifah di dunia ini sebagai pengganti allah dengan semua sifat yang dimiliki Nya. Allah swt dengan kemurahannya memberikan rezeki yang tiada disangka-sangka datangnya dan tanpa di ketahui oleh manusia. Tiga hal yang tidak diketahui manusia yaitu kematian, rezeki dan jodoh semua hanya allah yang mengetahui, mengatur dan merencanakan semua itu.

Kekhalifahan manusia di muka bumi tidak begitu sempurna dengan kehalifahan yang dimiliki allah, oleh karena itu allah dengan segenap maha kasih sayang yang dimilikinya memberikan cobaan, ujian yang membuat manusia akan sadar atau tidakkah dengan keberadaannya sebagai khalifah. Meski demikian semua cobaan yang diberikanNya tidak lepas dari kemampuan yang dimiliki hambanya, hingga manusia yang sadar akan itu adalah ujian yang datang dari allah maka dia akan menjadi bertambah kedekatannya kepada allah bahkan semakin bertambah keyakinannya bahwa semua yang diberikannya itu merupakan bentuk kasih sayang dari Nya, namun sebaliknya orang yang tidak sadar dengan itu semakin menjauh dan semakin tidak mengenal siapa yang telah menjadikannya di dunia ini.

Masa remaja memang masa yang kurangnya kesetabilan pengontrolan diri, baik itu dari emosi maupun pengambilan keputusan sehingga menyebabkan penyesalan yang mendalam yang akan di rasakannya kelak.

Saat itu aku di pesantren yang sejajar dengan kelas 2 SMA dengan semangat belajar yang begitu tumbuh dalam diriku membuat kehidupan atau sosialisasi di pesantren pun begitu enak dan menyenangkan. Dihari libur pun datang dengan senang dan hati ceria aku dan teman-teman menyambutnya seketika itu pun aku memberi kabar kepada orang tuaku bahwa aku liburan.

Sesampainya dirumah orang tuakupun menyambut dengan senyuman yang lebar dengan hati yang penuh diharapkan karena aku adalah anak pertama yang akan meneruskan semua cita-cita orang tuaku. Makan malampun tiba bertambahlah rasa riang yang ku rasa. Namun keesokan hari yang sangat ganjil pun aku rasa karena tak seperti biasanya ibuku menangis terisak-isak sambil menghapus linangan air mata yang jatuh bercucuran seraya aku bertanya ada apa ibu, namun ibuku tak mengucapkan sepatah katapun, yang ada hanya menambah tangisan. Disini pun aku merasa kebahagian terenggut tidak seperti hari-hari yang sebelumnya, semakin sesak keadaan rumah yang aku rasa dengan hari-hari tanpa ada orang yang aku sayang. Lama-kelamaan ibukupun memberitahukan kenapa sampai ia terisak menangis, itu disebabkan karena bapakku ingin mencari orang kedua selain ibuku ( memadu ibuku ).

Disini aku semakin muak dan marah dengan sifat yang dimiliki bapakku kenapa ia begitu tega melukai hati ibuku yang sudah menemani hidupnya kurang lebih selama 20 tahun. Sampai saat ini pun perasaan itu masih ada karena sifat yang tidak aku suka dan sangat aku tidak terima. Disinipun aku Cuma memiliki rasa hormat kepada ibuku seorang yang sudah berjuang keras sampai aku bisa kuliah hingga saat ini.

Tidak ada komentar: